Selamat Datang di Blog Budaya Kalimantan Timur

Selasa, 02 September 2014

Desa Budaya Pampang


Atas Ke Bawah: Gerbang masuk Desa Budaya Pampang, Peta Menuju Desa Budaya Pampang

Desa Budaya Pampang tidak jauh dari pusat Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Dari Kota Samarinda, perjalanan ke desa ini ditempuh dalam waktu sekitar 40 menit.

Desa Pampang merupakan desa yang mayoritas penduduknya adalah suku Dayak Kenyah. Mereka berasal dari daerah pedalaman Apo Kayan. Apo Kayan adalah suatu daerah yang merupakan perbatasan antara Kalimantan dengan Serawak, Malaysia. Keterbatasan akses fasilitas mendorong mereka untuk hijrah ke ibukota Samarinda. Kemudian, pada tahun 1991, gubernur Kalimantan Timur kala itu, HM Ardans, akhirnya meresmikan Desa Pampang sebagai desa budaya. Walaupun begitu, ternyata sekarang Desa Pampang tidak hanya dihuni oleh masyarakat Dayak saja. Banyak pendatang suku lain yang juga mulai mendiami tempat ini, misalnya suku Bugis.
 

Mungkin nama Desa Pampang belum terlalu familiar. Namun ada saja turis asing yang datang ke tempat ini. Setiap setahun sekali masyarakat Dayak Desa Pampang selalu mengadakan suatu ritual adat yang diberi nama
 Pelas Tahun. Pelas Tahun merupakan ritual yang dilakukan masyarakat Dayak sebelum musim tanam padi, yang bertujuan untuk menjauhkan tanaman padi dari hama dan mendapatkan hasil panen yang baik. Perlu diketahui, dahulu kala masyarakat Dayak melakukan sistem cocok tanam dengan sistem lahan berpindah. Dahulu, Pelas Tahun dilakukan untuk mengetahui dimana letak lahan yang baik untuk menanam padi.

Setiap hari Minggu, jam 14.oo WITA, masyarakat Dayak di desa ini selalu mengadakan pagelaran tari di rumah adat Lamin. Rumah Lamin adalah rumah panggung yang merupakan rumah tradisional suku Dayak. Dinding-dindingnya dipenuhi ukiran warna-warni khas Kalimantan. Nggak ketinggalan ada juga replika burung Rangkong di Rumah Lamin ini. Cukup membayar 15.000 per orang, kita sudah dapat menikmati kesenian ini. Disarankan untuk tidak datang terlambat agar tidak ketinggalan acaranya. Mereka menampilkan pagelaran dengan menggunakan kostum pakaian adat Dayak. Berbagai macam tari ditampilkan dalam pagelaran ini. kita juga dapat menari bersama para penari tersebut. Musik pengiring tariannya pun dimainkan langsung, tidak ketinggalan dengan gitar khas Dayaknya yang disebut Sape’.  Sang sesepuh adat pun sempat memberikan kalimat sajak yang isinya menceritakan tentang perjalanan mereka untuk mencari kehidupan yang lebih baik ke ibukota. Hudoq-hudoq pun ditampilkan.
 

Selain menyaksikan tarian, pengunjung juga dapat membeli kerajinan khas Dayak yang dijual disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar