Selamat Datang di Blog Budaya Kalimantan Timur

Rabu, 03 September 2014

Pengantar

Kalimantan Timur adalah provinsi yang dikenal lewat Pulau Derawan, Danau Kakaban, Danau Labuan Cermin, Air Terjun Tanah Merah, dan lainnya, Tapi Banyak juga wisata Budaya yang ada di Kalimantan Timur seperti Desa Budaya Pampang, Erau, dan yang lainnya. Bahkan di Berau ada Sebuah kerajaan yang tidak begitu dikenal bernama Kerajaan Sambaliung, Dan di Kaltim Juga terdapat berbagai suku bangsa seperti Dayak, Kutai, Dan Banjar. Terdapat Juga Berbagai tarian seperti Tari Gong, Tari Hudoq, Tari Perang, dan sebagainya. dan juga ada kesenian pantun yang mulai terlupakan yang bernama Tarsul. Masih banyak lagi yang ada di sini. Jadi selamat datang di blog budaya Kalimantan Timur.

Tarian Banjar

Jenis-jenis Tari Banjar

Jenis tari tradisional berpasangan yang di masa lampau merupakan tari yang menonjolkan erotisme penarinya mirip dengan tari tayub di Jawa dan ronggeng di Sumatera. Gandut artinya tledek (Jawa).
Tari Gandut ini pada mulanya hanya dimainkan di lingkungan istana kerajaan, baru pada kurang lebih tahun 1860-an tari ini berkembang ke pelosok kerajaan dan menjadi jenis kesenian yang disukai oleh golongan rakyat biasa. Tari ini dimainkan setiap ada keramaian, misalnya acara malam perkawinan, hajad, pengumpulan dana kampung dan sebagainya.
Gandut merupakan profesi yang unik dalam masyarakat dan tidak sembarangan wanita mampu menjadi Gandut. Selain syarat harus cantik dan pandai menari, seorang Gandut juga wajib menguasai seni bela diri dan mantera-mantera tertentu. Ilmu tambahan ini sangat penting untuk melindungi dirinya sendiri dari tangan-tangan usil penonton yang tidak sedikit ingin memikatnya memakai ilmu hitam. Dahulu banyak Gandut yang diperistri oleh para bangsawan dan pejabat pemerintahan, disamping paras cantik mereka juga diyakini memiliki ilmu pemikat hati penonton yang dikehendakinya. Nyai Ratu Komalasari, permaisuri Sultan Adam adalah bekas seorang penari Gandut yang terkenal.
Pada masa kejayaannya, arena tari Gandut sering pula menjadi arena persaingan adu gengsi para lelaki yang ikut menari. Persaingan ini bisa dilihat melalui cara para lelaki tersebut mempertontonkan keahlian menari dan besarnya jumlah uang yang diserahkan kepada para Gandut.
Tari Gandut sebagai hiburan terus berkembang di wilayah pertanian di seluruh Kerajaan Banjar, dengan pusatnya di daerah Pandahan, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin.
Tari Gandut sejak tahun 1960-an sudah tidak berkembang lagi. Faktor agama Islam merupakan penyebab utama hilangnya jenis kesenian ini ditambah lagi dengan gempuran jenis kesenian modern lainnya. Sekarang Gandut masih bisa dimainkan tetapi tidak lagi sebagai tarian aslinya hanya sebagai pengingat dalam pelestarian kesenian tradisional Banjar.

[sunting] Baksa Dadap

Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat Banjar. Tarian ini masih dipertunjukkan di keraton Banjar menurut laporan orang-orang Belanda yang mengunjungi keraton Banjar terakhir. Dalam mempersembahkan tarian ini para penari memegang busur dan anak panah yang dipanggil dadap[1]. Mereka melompat dengan senjata ini, sambil mengankat sebelah kaki, bergerak dengan amat cepat, seolah-olah mereka terpaksa mempertahankan diri dari serangan yang datang dari semua sudut ah nda urus ko bohong :).[2] [3] ah

[sunting] Baksa Hupak

Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.

[sunting] Baksa Kambang

Merupakan jenis tari klasik Banjar sebagai tari penyambutan tamu agung yang datang keKalimantan Selatan, penarinya adalah wanita. Tari ini merupakan tari tunggal dan dapat dimainkan oleh beberapa penari wanita.
Tarian ini bercerita tentang seorang gadis remaja yang sedang merangkai bunga. Sering dimainkan di lingkungan istana. Dalam perkembangannya tari ini beralih fungsi sebagai tari penyambutan tamu.
Tari Baksa Kembang termasuk jenis tari klasik, yang hidup dan berkembang di keraton Banjar, yang ditarikan oleh putri-putri keraton. Lambat laun tarian ini menyebar ke rakyat Banjar dengan penarinya galuh-galuh Banjar. Tarian ini dipertunjukkan untuk menghibur keluarga keraton dan menyambut tamu agung seperti raja atau pangeran . Setelah tarian ini memasyarakat di Tanah Banjar, berfungsi untuk menyambut tamu pejabat-pejabat negara dalam perayaan hari-hari besar daerah atau nasional. Disamping itu pula tarian Baksa Kembang dipertunjukkan pada perayaan pengantin Banjar atau hajatan misalnya tuan rumah mengadakan selamatan. Tarian ini memakai hand propertis sepasang kembang Bogam yaitu rangkaian kembang mawar, melati, kantil dan kenanga. Kembang bogan ini akan dihadiahkan kepada tamu pejabat dan isteri, setelah taraian ini selesai ditarikan. Sebagai gambaran ringkas, tarian ini menggambarkan putri-putri remaja yang cantik sedang bermain-main di taman bunga. Mereka memetik beberapa bunga kemudian dirangkai menjadi kembang bogam kemudian kembang bogam ini mereka bawa bergembira ria sambil menari dengan gemulai. Tari Baksa Kembang memakai Mahkota bernama Gajah Gemuling yang ditatah oleh kembang goyang, sepasang kembang bogam ukuran kecil yang diletakkan pada mahkota dan seuntai anyaman dari daun kelapa muda bernama halilipan. Tari Baksa Kembang biasanya ditarikan oleh sejumlah hitungan ganjil misalnya satu orang, tiga orang, lima orang dan seterusnya. Dan tarian ini diiringi seperangkat tetabuhan atau gamelan dengan irama lagu yang sudah baku yaitu lagu Ayakan dan Janklong atau Kambang Muni. Tarian Baksa Kembang ini di dalam masyarakat Banjar ada beberapa versi , ini terjadi setiap keturunan mempunya gaya tersendiri namun masih satu ciri khas sebagai tarian Baksa Kembang, seperti Lagureh, Tapung Tali, Kijik, Jumanang. Pada tahun 1990-an, Taman Budaya Kalimantan Selatan berinisiaf mengumpul pelatih-pelatih tari Baksa Kembang dari segala versi untuk menjadikan satu Tari Baksa Kembang yang baku. Setelah ada kesepakatan, maka diadakanlah workshoup Tari Baksa Kembanag dengan pesertanya perwakilan dari daerah Kabupaten dan Kota se Kalimantan Selatan. Walau pun masih ada yang menarikan Tari Baksa Kembang versi yang ada namun hanya berkisar pada keluarga atau lokal, tetapi dalam lomba, festival atau misi kesenian keluar dari Kalimantan Selatan harus menarikan tarian yang sudah dibakukan.

[sunting] Baksa Kantar

Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.

[sunting] Baksa Kupu-Kupu Atarung

Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.

[sunting] Baksa Lilin

Merupakan jenis tari klasik Banjar dengan gerakan membawa lilin.

[sunting] Baksa Panah

Merupakan jenis tari klasik Banjar dengan gerakan memanah yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.

[sunting] Baksa Tameng

Merupakan jenis tari klasik Banjar dengan menggunakan taming/tameng (perisai) yang disebutkan dalam Hikayat Banjar. Dalam tarian ini sebuah perisai kecil yang dinamakan taming, dan sebilah keris terhunus dipegang. Tarian ini dimulai dengan perlahan-lahan dan dengan penuh hormat dan kemudian sedikit demi sedikit menjadi lebih cepat dan lebih liar, seolah-olah menggambarkan suatu pertarungan.[2][3]

[sunting] Baksa Tumbak

Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.

[sunting] Balatik

Latik artinya tunas, balatik artinya bertunas. Tarian ini menggambarkan tumbuhnya tunas-tunas muda seniman tari Banjar.

[sunting] Baleha

Merupakan jenis tari berpasangan

[sunting] Batarasulan

Merupakan jenis tari berpasangan

[sunting] Bogam

Bogam adalah rangkaian bunga mawar dan melati. Tarian ini merupakan tari selamat datang dengan mempersembahkan kembang bogam kepada para tamu.

[sunting] Dara Manginang

Tarian ini menggambarkan anak dara yang sedang menginang.

[sunting] Garah Rahwana

Tarian yang menggambarkan sifat antagonis tokoh Rahwana dalam wayang Banjar.

[sunting] Hantak Sisit

Merupakan jenis tari berpasangan

[sunting] Hanoman

Tarian yang menggambarkan tokoh Hanoman pada cerita Ramayana dalam wayang Banjar.

[sunting] Japin Batuah

Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam dan Melayu, semua penari adalah wanita.

[sunting] Japin Bujang Marindu

Merupakan jenis tari berpasangan yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam dan Melayu. Tari mengambarkan kerinduan seorang kekasih setelah lama pergi merantau kemudian kembali ke kampung halaman.

[sunting] Japin Dua Saudara

Tarian yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam dan budaya Melayu.

[sunting] Japin Hadrah

Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam yang mengangkat kesenian Hadrah ke dalam gerak tari yang dinamis, semua penari adalah wanita.

[sunting] Japin Kuala

Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam yang bergaya daerah Banjar Kuala. Penarinya pria dan wanita berpasangan.

[sunting] Japin Pasanggrahan

Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam dengan semua penarinya adalah wanita.

[sunting] Japin Rantauan

Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam

[sunting] Japin Sisit

Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam. Penarinya adalah wanita dengan mengenakan busana baju kurung sisit.

[sunting] Kuda Gepang

Tari prajurit berkuda (kavaleri), merupakan pengaruh budaya Jawa.

[sunting] Ladon

Ladon merupakan nama pasukan kerajaan Banjar. Tarian ini menggambarkam tari keprajuritan dan semua penarinya laki-laki. Tari ini sering dibawakan sebagai tari pembuka pada kesenianmamanda yaitu teater tradisonal Banjar, yang pertama kali berkembang dari daerah Margasari, Kabupaten Tapin.

[sunting] Maayam Tikar

Merupakan jenis tari khas dari Kabupaten Tapin yang menggambarkan remaja putri dari daerah Margasari, Kabupaten Tapin yang sedang menganyam tikar dan anyaman. Tari berdurasi sekitar 6 menit ini biasanya dibawakan oleh 10 orang penari putri. Tari ini diciptakan oleh Muhammad Yusuf, Ketua Sanggar Tari Buana Buluh Merindu, dari kota Rantau, ibukota Kabupaten Tapin.

[sunting] Ning Tak Ning Gung

Merupakan tari dolanan anak-anak yang menggambarkan anak-anak yang sedang bermain.

[sunting] Paris Tangkawang

Merupakan jenis tari berpasangan

[sunting] Radap Rahayu

Merupakan tari semi klasik Banjar yang sering dalam menyambut tamu agung dan ditarikan dalam upacara perkawinan, para penarinya adalah wanita.
Tari ini menceritakan tentang kapal prabayaksa yang kandas di muara Lokbaitan . Tari ini mengambarkan upacara puja Bantan(tapung tawar)Tujuan tari ini adalah sebagai ucapan rasa bersyukur dan doa agar kapal

[sunting] Rudat

Kesenian yang bernafaskan Islam dengan dominasi gerakan tari dalam posisi duduk.

[sunting] Sinoman Hadrah

Kesenian yang bernafaskan Islam dengan dominasi gerakan tari dalam posisi berdiri.

[sunting] Tantayungan

Tarian ini mempresentasikan kisah dalam tokoh pewayangan. Sehingga tarian ini terkesan hidup lantaran diselingi dengan dialog kelompok penari. Tarian ini sendiri diiringi dengan musik karawitan melalui instrument babun, gong, sarunai, dan kurung-kurung. Paduan karawitan ini sangat harmoni dengan kelompok tari yang diperankan.
Seni Tantayungan, awalnya kerap ditampilkan di sebuah desa, yakni Desa AyuangBarabai. Lalu dikembangkan di Kampung Mu’ui, Desa Pangambau Hulu, Kecamatan Haruyan oleh salah satu damang bernama Amat. Seni khas ini kemudian dikalim oleh pelaku seni HST, Sarbaini, di Desa Barikin sebagai seni khas Hulu Sungai Tengah.[4]

[sunting] Tanggui

Tari yang menggambarkan para wanita yang memakai tanggui yaitu sejenis topi lebar).

[sunting] Tameng Cakrawati

Tari yang menggambarkan seorang isteri (Cakrawati) yang melanjutkan perjuangan suaminya melawan penjajah Belanda.

[sunting] Tirik Kuala

Merupakan jenis tari tradisional yang bergaya tirik, yaitu jenis tari dan lagu yang bergaya daerahHulu Sungai. Dengan diiringi lagu Tirik Japin.

[sunting] Tirik Lalan

Merupakan jenis tari tradisional berpasangan (pergaulan) yaitu penari putera dan puteri yang bergaya tirik yaitu jenis tari yang berasal dari daerah Hulu Sungai.

[sunting] Topeng Kelana

Merupakan jenis tari topeng dengan tokoh Kelana, tari ini merupakan pengaruh budaya Jawa.

[sunting] Topeng Wayang

Merupakan jenis tari berpasangan

[sunting] Topeng

Topeng yang dipakai pada tarian topeng etnis Banjar.
Merupakan jenis tari klasik yang berasal dari Tapin yang biasanya dibawakan oleh tiga orang yang masing-masing memainkan sebuah karakter yaitu Gunung Sari, Patih dan Tumenggung dengan diiringi gamelan Banjar. Sebelum melakukan tarian topeng dilakukan suatu ritual dengan menyediakan sesajian terlebih dahulu yaitu sebiji telur ayam kampung, ketan, dan kopi pahit, yang diletakkan di dekat area pertunjukkan, maksudnya agar saat menari, roh dari topeng ini tidak mengganggu si penari. Tarian ini umumnya dilakukan oleh penari pria, kadang-kadang oleh penari wanita
Sumber:http://tariankaltim.blogspot.com/

Makanan Khas Kalimantan Timur

Makanan khas kalimantan timur – Masakan dan makanan khas Kalimantan Timur sangat beragam dan sangat dipengaruhi oleh budaya dari suku asli maupun suku pendatang, seperti Dayak, Kutai, Banjar, Jawa, maupun Bugis.
Berikut ini adalah masakan dan makanan khas Kalimantan Timur :

  • Bubur Pedas
Bubur pedas adalah makanan khas suku Melayu Sambas, Kalimantan Barat. Dahulu bubur pedas ini disajikan di kerajaan. Makanan ini dinamakan bubur pedas bukan karena menggunakan cabai yang banyak, namun aroma rempah-rempah dalam bubur ini. Bubur pedas dimasak  dengan mencampuri beras sangrai dan kelapa sangrai yang ditumbuk halus dengan berbagai bumbu seperti lengkuas, cabai, bawang merah, bawang putih, lada hitam, sereh, jinten, ketumbar, kunyit, adas, daun salam, dan aneka sayur yang sesuai dengan selera.
  • Ayam cincane
Ayam Cincane adalah salah satu kuliner andalan di kota Samarinda. Biasanya, kuliner ini dijadikan hidangan utama ketika masyarakat Samarinda menyelanggarakan pesta pernikahan atau acara menyambut tamu kehormatan. Ketika sedang berwisata kuliner ke kota Samarinda, menu Ayam Cincane dapat dijumpai di beberapa kedai ataupun rumah makan. Daging ayam kampung yang disajikan bersama bumbu berwarna kemerahan menjadi ciri khas tersendiri dari Ayam Cincane.
  • Nasi Bekepor
Nasi Bekepor adalah nasi liwet dengan campuran minyak sayur, rempah-rempah, dan potongan ikan asin. Ada lauk tambahan pada nasi bekepor, yaitu daging masak bumi hangus, dan sayur gangan asam kukar. Daging masak bumi hangus semacam daging bumbu kecap. Sedangkan gangan asam kukar adalah sayur harian yang hanya muncul di menu pada hari kamis. Gangan asam kukar adalah sejenis sayur asem, seperti pindang hanya jauh lebih berbumbu, dengan memakai kepala ikan dan ubi manis.
  • Nasi kuning
Nasi kuning adalah makanan khas kalimantan timur. Makanan ini terbuat dari beras yang dimasak bersama dengan kunyit serta santanrempah-rempah. Dengan ditambahkannya bumbu-bumbu dan santan, nasi kuning memiliki rasa yang lebih gurih daripada nasi putih. Nasi kuning adalah salah satu variasi dari nasi putih yang sering digunakan sebagai tumpeng. Nasi kuning biasa disajikan dengan bermacam lauk-pauk khas Indonesia.
  • Amplang
Amplang Camilan sejenis kerupuk ini memang berbeda dengan “kerupuk-kerupuk” lainnya. Bentuknya yang khas (seperti kuku macan), dengan rasa ikan yang gurih serta ukurannya yang sekali suap memang membuat amplang kuku macan banyak diburu orang.
  • Lemang
Lemang merupakan makanan sederhana yang terbuat dari ketan yang dimasak dalam buluh banbu yang dilapisi daun pisang didalamnya agar beras ketan dan dinding bamboo tidak lengket saat dikeluarkan. Namun lemang merupakan makanan orang-orang Melayu yang sangat penting dalam kehidupan berbudayanya. Dalam masyarakat suku Dayak di Kalimantan, lemang kerap dijadikan sebagai sesaji dalam setiap upacara adatnya.
Bagi masyarakat muslim, biasanya lemang dibuat untuk acara-acara seperti Hari Raya Aidilfitri dan Hari Raya Haji. Beberapa resep lemang menambahkan jagung. Lemang biasanya dimakan dengan rendang.

  • Lempok durian
Lempok durian merupakan oleh-oleh yang paling khas dari kota Samarinda. Lempok adalah dodol yang dikenal di daerah lain. Kata lempok selalu diasumsikan sebagai dodol durian, karena lempok hampir tidak dikenal dibuat dengan bahan utama lain selain durian.

Suku Banjar

Suku Banjar adalah suku bangsa yang menempati wilayah Kalimantan Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur. [4][5][6][7][8] Populasi Suku Banjar dengan jumlah signifikan juga dapat ditemui di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Utara dan Semenanjung Malaysia karena migrasi orang Banjar pada abad ke-19 keKepulauan Melayu.
Berdasarkan sensus penduduk 2010 orang Banjar berjumlah 4,1 juta jiwa. Sekitar 2,7 juta orang Banjar tinggal di Kalimantan Selatan dengan hampir separuh orang Banjar lainnya berada di perantauan.
Etimologis
Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yang merupakan pembauran masyarakat DAS Sungai Barito bagian hilir merupakan pusatnya suku Banjar. Kemunculan suku Banjar bukan hanya sebagai konsep etnis tetapi juga konsep politis, sosiologis, dan agamis.
Menurut Hikayat Banjar, dahulu kala penduduk pribumi Kalimantan Selatan belum terikat dengan satu kekuatan politik dan masing-masing puak masih menyebut dirinya berdasarkan asal Daerah Aliran Sungai misalnya orang batang Alai, orang batang Amandit, orang batang Tabalong, orang batang Balangan, orang batang Labuan Amas, dan sebagainya. Sebuah entitas politik yang bernama Negara Dipa terbentuk yang mempersatukan puak-puak yang mendiami semua daerah aliran sungai tersebut. Negara Dipa kemudian digantikan oleh Negara Daha. Semua penduduk Kalsel saat itu merupakan warga Kerajaan Negara Daha, sampai ketika seorang Pangeran dari Negara Daha mendirikan sebuah kerajaan di muara Sungai Barito yaitu Kesultanan Banjar. Dari sanalah nama Banjar berasal, yaitu dari nama Kampung Banjar, Kampung ini dipimpin oleh seorang Patih (Kepala Kampung) yang bernama Patih Masih. Gabungan nama kampung Banjar dan nama Patihnya tersebut sehingga kampung ini lebih dikenal dengan nama panjangnya Kampung Banjar Masih. Kelak kampung ini berkembang menjadi Kerajaan Banjar Masih dengan raja pertama Sultan Suriansyah, yang merupakan keponakan dari raja Kerajaan Negara Daha yang terletak di pedalaman. Kerajaan Banjar Masih merupakan kerajaan baru yang muncul untuk memisahkan diri dari Negara Daha. Kerajaan Banjar Masih dengan rakyatnya yang dikenal sebagai orang Banjar Masih, merupakan entitas politik yang dibenturkan dengan orang Negara Daha yang merupakan warga negara Kerajaan Negara Daha yang menjadi rivalnya. Kerajaan Negara Daha akhirnya berhasil ditaklukan dan wilayahnya dimasukan ke dalam Kerajaan Banjar Masih. Kekuatan Kerajaan Banjar Masih didukung penuh oleh Kesultanan Demak yang memberi persyaratan bahwa raja dan rakyat Banjar Masih harus menerima agama baru yaitu agama Islam, yang kini menjadi identitas orang Banjar sebagai etnoreligius/kultur grup Muslim yang membedakannya dari masyarakat sekitarnya pada masa itu. Jadi pada pra-Islam, penduduk kampung Banjar Masih dan kampung sekitarnya yang ada di hilir sungai Barito tergolong sebagai warganegara Kerajaan Negara Daha atau Orang Negara Daha. Namun belakangan nama Banjar lebih populer sehingga dipakai untuk menamakan penduduk pada kedua wilayah tersebut. Penduduk Banjar dan Negara Daha sebenarnya menggunakan bahasa yang sama namun berbeda dialek. Peperangan antara Banjar melawan Negara Daha yang dimenangkan oleh Banjar ini hampir mirip dengan peperangan antara Demak melawan Majapahit yang dimenangkan oleh Demak, namun pebedaannya adalah Banjar kemudian dipakai sebagai nama etnik dan sedangkan Demak bukan merupakan nama etnik.
Sejarah
Mitologi suku Dayak Meratus (Dayak Bukit) menyatakan bahwa Suku Banjar (terutama Banjar Pahuluan) dan Suku Bukit merupakan keturunan dari dua kakak beradik yaitu Si Ayuh/Datung Ayuh/Dayuhan/Sandayuhan yang menurunkan suku Bukit dan Bambang Siwara/Bambang Basiwara yang menurunkan suku Banjar. Dalam khasanah cerita prosa rakyat berbahasa Dayak Meratus ditemukan legenda yang sifatnya mengakui atau bahkan melegalkan keserumpunan genetika (saling berkerabat secara geneologis) antara orang Banjar dengan orang Dayak Meratus. Dalam cerita prosa rakyat berbahasa Dayak Meratus dimaksud terungkap bahwa nenek moyang orang Banjar yang bernama Bambang Basiwara adalah adik dari nenek moyang orang Dayak Meratus yang bernama Sandayuhan. Bambang Basiwara digambarkan sebagai adik yang berfisik lemah tapi berotak cerdas. Sedangkan Sandayuhan digambarkan sebagai kakak yang berfisik kuat dan jago berkelahi. Sesuai dengan statusnya sebagai nenek-moyang atau cikal-bakal orang Dayak Maratus, maka nama Sandayuhan sangat populer di kalangan orang Dayak Meratus. Banyak sekali tempat-tempat di seantero pegunungan Meratus yang sejarah keberadaannya diceritakan berasal-usul dari aksi heroik Sandayuhan. Salah satu di antaranya adalah tebing batu berkepala tujuh, yang konon adalah penjelmaan dari Samali’ing, setan berkepala tujuh yang berhasil dikalahkannya dalam suatu kontak fisik yang sangat menentukan. Suku bangsa Banjar terbentuk dari suku-suku Maanyan, Lawangan, Bukit, dan Ngaju yang dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Jawa, dipersatukan oleh kerajaan yang beragama Buddha, Hindu dan terakhir Islam, dari kerajaan Banjar, sehingga menumbuhkan suku bangsa Banjar yang berbahasa Banjar.
Suku bangsa Banjar terbagi menjadi tiga subsuku, yaitu (Banjar) Pahuluan(Banjar) Batang Banyu, dan Banjar (Kuala). Banjar Pahuluan pada asasnya adalalah penduduk daerah lembah-lembah sungai (cabang sungai Negara) yang berhulu ke pegunungan Meratus. Banjar Batang Banyu mendiami lembah sungai Negara, sedangkan orang Banjar Kuala mendiami sekitar Banjarmasin dan Martapura. Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya adalah bahasa Melayu Sumatera atau sekitarnya, yang di dalamnya terdapat banyak kosa kata asal Dayak dan Jawa. Nama Banjar diperoleh karena mereka dahulu (sebelum kesultanan Banjar dihapuskan pada tahun 1860) adalah warga Kesultanan Banjarmasin atau disingkat Banjar, sesuai dengan nama ibukotanya pada mula berdirinya. Ketika ibukota dipindahkan ke arah pedalaman (terakhir di Martapura), nama tersebut nampaknya sudah baku atau tidak berubah lagi.[13]
Sejak abad ke-19, suku Banjar migrasi ke pantai timur Sumatera dan Malaysia, tetapi di Malaysia Barat, suku Banjar digolongkan ke dalam suku Melayu, hanya di Tawau (Sabah, Malaysia Timur) yang masih menyebut diriya suku Banjar. Di Singapura, suku Banjar sudah luluh ke dalam suku Melayu.
Kesultanan Banjar sebelumnya meliputi wilayah provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah seperti saat ini, kemudian pada abad ke-16 terpecah di sebelah barat menjadi kerajaan Kotawaringin yang dipimpin Pangeran Dipati Anta Kasuma bin Sultan Mustain Billah dan pada abad ke-17 di sebelah timur menjadi kerajaan Tanah Bumbu yang dipimpin Pangeran Dipati Tuha bin Sultan Saidullah yang berkembang menjadi beberapa daerah: SabambanPegatanKoensanPoelau LaoetBatoe LitjinCangtoeng,BangkalaanSampanahanManoenggoel, dan Tjingal. Wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur merupakan tanah rantau primer, selanjutnya dengan budaya maadam, orang Banjar merantau hingga ke luar pulau bahkan menjadi salah satu dari lima etnis yang pembentuk Bangsa Suluk atau Tausug (yakni percampuran orang Buranun, orang Tagimaha, orang Baklaya, orang Dampuan/Champa dan orang Banjar). Hubungan antara Banjar dengan Kepulauan Sulu atau Banjar Kulan terjalin ketika para pedagang Banjar mengantar seorang Puteri dari Raja Banjar untuk menikah dengan penguasa suku Buranun (suku tertua di Kepulauan Sulu). Salah satu rombongan bangsa Suluk yang menghindari kolonial Spanyol dan mengungsi ke Kesultanan Banjar adalah moyang dari Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Suku Banjar juga memiliki hubungan historis suku Sasak di Kerajaan Selaparang, pulau Lombok. Selain itu Suku Banjar juga terkait dengan suku Sumbawa di pulau Sumbawa, yang merupakan gabungan dari lima suku yang menjadi akar masyarakat Sumbawa masa kini, salah satunya suku Banjar.
Penyebarannya di Kaltim
Sebelum masa Kesultanan Banjar berhubungan dengan VOC Belanda sekitar 1606, pada saat itu Kesultanan Banjar merupakan negara maritim dimana pedagang-pedagang Banjar sudah melakukan hubungan niaga dengan Filipina Selatan (Banjar Kulan), Brunei, Cochin Cina/Campa, sehingga kawasan timur Kalimantan merupakan perlintasan jalur perdagangan orang Banjar sejak berabad-abad yang lalu. Sejak itulah orang Banjar/Kesultanan Banjar melebarkan teritorialnya keKalimantan Timur atau disebut juga negeri-negeri di atas angin dalam Hikayat Banjar. Suku Banjar merupakan 15 % dari populasi penduduk Kaltim dan terdapat seluruh kabupaten dan kota di Kaltim. Suku Banjar Kaltim lebih banyak populasinya dibandingkan suku Kutai, maupun suku Dayak. Pada awalnya Suku Banjar Balikpapan dan Suku Banjar Samarinda menempati kawasan tertentu dan merupakan kelompok etnik asal Kalimantan terbanyak di kedua wilayah kota tersebut. Beberapa kecamatan yang terdapat banyak suku Banjarnya misalnya Kecamatan Kenohan dan JempangSamarinda BaratSamarinda Timur (Samarinda), BalikpapanTarakandan di muara sungai Kelay, Berau. Suku Banjar merupakan 4,5% dari populasi Kabupaten Kutai Barat. Menurut sensus 1930, suku Banjar terdapat di Kota Balikpapan (31,56%), Kota Samarinda (54,93%), wilayah Kutai bagian Timur tidak termasuk Kota Samarinda (33,09%), Kota Tanjung Selor (35,70%). Menurut data statistik Kalimantan Timur 2002, Suku Banjar terdapat di Kota Samarinda (140.761 jiwa), Kota Balikpapan (63.010 jiwa), Kutai Kartanegara (57.506 jiwa), Paser (32.323 jiwa), Kutai Timur (11.380 jiwa), Berau (9.659 jiwa), Tarakan (8.766 jiwa), Kutai Barat (6.658 jiwa), Bontang (5.328 jiwa), Bulungan (3.315 jiwa), Nunukan (1.124 jiwa) dan Malinau (490 jiwa).
Migrasi suku Banjar (Batang Banyu) ke Kalimantan Timur terjadi tahun 1565, yaitu orang-orang Amuntai yang dipimpin Aria Manau dari Kerajaan Kuripan yang merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Sadurangas di daerah Paser, selanjutnya suku Banjar juga tersebar di daerah lainnya di Kalimantan Timur. Organisasi Suku Banjar di Kalimantan Timur adalah Kerukunan Bubuhan Banjar-Kalimantan Timur (KBB-KT).
Kekerabatan
Waring
Sanggah
Datu
Kai (kakek) + Nini (nenek)
Abah (ayah) + Uma (ibu)
Kakak < ULUN > Ading
Anak
Cucu
Buyut
Intah/Muning
Seperti sistem kekerabatan umumnya, masyarakat Banjar mengenal istilah-istilah tertentu sebagai panggilan dalam keluarga. Skema di samping berpusat dari ULUN sebagai penyebutnya.
Bagi ULUN juga terdapat panggilan untuk saudara dari ayah atau ibu, saudara tertua disebut Julak, saudara kedua disebut Gulu, saudara berikutnya disebut Tuha, saudara tengah dari ayah dan ibu disebut Angah, dan yang lainnya biasa disebut Pakacil (paman muda/kecil) dan Makacil (bibi muda/kecil), sedangkan termuda disebut Busu. Untuk memanggil saudara dari kai dan nini sama saja, begitu pula untuk saudara datu.
Disamping istilah di atas masih ada pula sebutan lainnya, yaitu:
 · minantu (suami / isteri dari anak ULUN)
 · pawarangan (ayah / ibu dari minantu)
 · mintuha (ayah / ibu dari suami / isteri ULUN)
 · mintuha lambung (saudara mintuha dari ULUN)
 · sabungkut (orang yang satu Datu dengan ULUN)
 · mamarina (sebutan umum untuk saudara ayah/ibu dari ULUN)
 · kamanakan (anaknya kakak / adik dari ULUN)
 · sapupu sakali (anak mamarina dari ULUN)
 · maruai (isteri sama isteri bersaudara)
 · ipar (saudara dari isteri / suami dari ULUN)
 · panjulaknya (saudara tertua dari ULUN)
 · pambusunya (saudara terkecil dari ULUN)
 · badangsanak (saudara kandung)
Untuk memanggil orang yang seumur boleh dipanggil ikam, boleh juga menggunakan kata aku untuk menunjuk diri sendiri. Sedangkan untuk menghormati atau memanggil yang lebih tua digunakan kata pian, dan kata ulun untuk menunjuk diri sendiri.